POSISI STRATEGIS INDONESIA DI PEREMPATAN JALAN DUNIA
POSISI STRATEGIS INDONESIA DI PEREMPATAN JALAN DUNIA
Dalam
dunia global Indonesia disebut “(geo) posisi silang” yang merupakan takdir
geopolitik Indonesia yang jarang dipunyai oleh negara-negara lain di dunia.
Sebuah letak posisi geografi yang sangat setrategis didunia, berada antara dua
benua (Asia dan Australia) dan di antara dua samudera (Hindia dan Pasifik),
jika ditarik masing-masing garis akan membentuk persilangan di peta Indonesia.
lebih 60% dari total perdagangan dunia
dilakukan di laut Indonesia melalui selat Malaka, selat Makassar, selat Sunda
dan selat Lombok. Dimana tidak kurang lebih dari 70.000 kapal perdagangan tiap
tahun melintasi 4 selat tersebut. Dengan total perdagangan mencapai 5,3 triliun
dollar A$S.
Konteks Indonesia secara geoposisi,
meniscayakan Indonesia untuk dapat merajut hubungan dengan berbagai negara pada
kedua benua tersebut (Asia dan Australia). Dimana Indonesia akan memegang
(kendali) sebagai posisi kunci di antara negara-negara tersebut sebagaimana
telah dilakukan oleh Iran, namun dilain sisi apabila tidak bisa memanfaatkan
posisi tersebut, bukan hal yang tidak mungkin Indonesia justru akan
‘diplokoto’(diperkuda) oleh mereka yang berkepentingan.
Menurut kajian dari bapennas, dimana konstelasi
geopolitik global akan menjadi tantangan, khususnya bagi negara berkembang
seperti Indonesia. Dimana Amerika Serikat akan masih mendominasi kekuatan utama
dunia. Upaya yang dilakukan Amerika Serikat dikawasan Asia Pasifik (Rebalancing
Asia Pasific) merupakan salah satu perkembangan geopolitik saat ini.
Untuk membentuk aliansi ekonomi, Amerika
Serikat juga berperan penting dalam menggalang keikutsertaan negara-negara di
kawasan Asia Pasifik untuk ikut bergabung dalam Trans Pasific Partnership
(TPP), meningkatkan bantuan luar negeri ke Asia Pasiifik, serta meningkatkan
volume perdagangan dengan negara di Asia Pasifik.
Sebagai gambaran, apabila kita memiliki tanah
bagus didaerah terkenal, katakanlah dijantung kota Jakarta, maka sudah pasti
harganya-pun tidaklah murah, hanya orang-orang tertentu yang sanggup
menyewanya, apalagi sampai bisa membeli properti-properti yang ada ditempat
tersebut.
Itu baru di Jakarta, bagian terkecil dari
Indonesia, sedangkan posisi global Indonesia berada di persilangan jalan dunia.
Sehingga kita tidak tawarkan saja negara-negara luar pasti akan mengantri hanya
untuk bisa lewat Indonesia. Masalahnya apakah Indonesia hanya sebagai jalan
lewat kapal-kapal perdagangan tersebut, tanpa tidak memberikan kontribusi yang
berharga untuk Indonesia, bahkan hanya mengotori laut Indonesia atau tampil
perkasi seperti Iran dengan Selat Hormuz-nya?
POTENSI YANG DIMILIKI INDONESIA
Inilah peluang yang harus ditangkap oleh
Indonesia, dengan stabilitas politik dalam negeri yang relatif aman, luas wilayahnya
yang mendominasi kawasan, penduduk terbanyak serta Sumber Daya Alam (SDA)
terkaya di kawasan Asia Tenggara, telah menempatkan Indonesia sebagai kekuatan
utama dan kunci stabilisator keamanan kawasan.
Letak geo (posisi) yang strategis tersebut
secara kenyataan empirik telah memiliki implikasi logis yang sifatnya positif
maupun negatif, dimana perlintasan (dan persinggahan) lalu lintas perdagangan
dunia sebagaimana dijelaskan diatas, meniscayakan Indonesia selain memiliki
peluang besar guna mengembangkan transportasi lokal, juga akan menambah
devisa/pemasukan negara.
Selain itu Indonesia akan mudah dalam akses
untuk melakukan kerjasama di berbagai bidang terutama industri barang dan jasa
dengan negara-negara lain seperti ekspor impor, pariwisata, dan lain-lain
dengan negara-negara yang berkepentingan dengan perairan Indonesia tersebut.
Indonesia selain hanya memiliki dua musim
saja juga curah hujannya yang relatif tinggi maka tanahnya cenderung lebih
subur, hal ini mutlak sudah kita ketahui bersama.
Indonesia memiliki potensi pertanian dan
pengembangan berbagai varian dan komoditi pangan serta dapat menjadi lumbung
pangan dunia jika dikelola secara benar, intensif dan sistematis oleh
pemerintah. Itulah sebabnya pemerintah kita gencar membangun insftratruktur
yang diantaranya dibangunnya 65 bendungan yang diproyeksikan akan selesai
seluruhnya pada tahun 2022.
Pembangunan bendungan ini mutlak harus
dilakukan dalam rangka mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan
Indonesia. Dengan 65 bendungan tersebut maka ketersediaan air di Indonesia akan
meningkat menjadi 19,1 miliar meter kubik dari sebelumnya hanya 12,6 miliar
meter kubik yang berasal dari 230 bendungan yang sudah ada saat ini. Dengan
kenyataan itu kita berpeluang menjadi negara produsen dan pengekspor pangan
dunia yang tidak tertandingi (food and energy security) yang saat ini menjadi
perhatian dunia global.
DAMPAK NEGATIF LETAK POSISI
SILANG INDONESIA
Dampak negatif yang ditimbulkan akibat posisi
silang yaitu selain maraknya illegal fishing, penyelundupan narkoba,
illegal mining, perdagangan manusia, dll. Semua itu akan berakibat fatal
bagi bangsa ini apabila tidak dibarengi sistem pengawasan dan penegakan hukum
yang handal, terpercaya dan profesional, maka hal yang akan membahayakan
kepentingan nasional adalah pelanggaran dan “pengambilan” batas wilayah baik
darat maupun laut oleh asing, klaim negara-negara tetangga atas pulau-pulau
kecil terdepan milik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan lainnya.
Selain itu globalisasi nilai-nilai budaya
tentu tidak dapat dihindarkan. Kehadiran internet dan media sosial tidak saja
telah merubah dan memudahkan komunikasi antar masyarakat ditingkat global,
regional, apalagi nasional.
Globalisasi tidak hanya berdampak pada
masuknya budaya global ke Indonesia, tetapi juga berdampak pada penguatan
ikatan budaya primordial. Tentunya hal tersebut akan membawa Indonsia pada
persilangan antara budaya global dan budaya lokal yang berorientasi pada
identitas primordial.
Di satu sisi, kian menjamurnya industri dan
perusahaan asing dinilai justru akan semakin menyingkirkan industri dalam
negeri karena kalah bersaing baik dari sisi modal maupun SDM bila tanpa
“sentuhan” intensif dan perhatian serius dari pemerintah. Kondisi ini akan
menambah konsekuensi (tak langsung) atas ketergantungan terhadap produk-produk
yang serba asing.
Pada sisi lain, sulitnya berkembang bagi
industri kecil masyarakat karena kebijakan pemerintah memberi kemudahan
investasi/pendirian perusahaan asing mengakibatkan mereka cepat berkembang
karena modal yang kuat, berimbas terhadap industri kecil dengan modal terbatas
semakin melemah. Fenomena ‘sempitnya pasar’ bagi kelompok industri kecil pun
niscaya muncul, sebab dipicu sikap dan mental konsumtif masyarakat yang lebih
suka buatan asing daripada produk bangsanya sendiri.
Hal lain juga menjadi perhatian bagi
Indonesia, dimana berbagai negara di Asia Pasifik telah mengembangkan dan
memperkuat kekuatan maritimnya, seperti Tiongkok (China), India, Malaysia, dan
Singapura. Seperti penulis kemukakan di awal hubungan antara Tiongkok (China)
dengan Amerika Serikat dinilai akan mempengaruhi babak politik global,
sebagaimana diyakini oleh Asutralia bahwa hubungan antara keduanya akan sangat
mempengaruhi keamanan kawasan tersebut.
TANTANGAN INDONESIA MENUJU POROS
MARITIM DUNIA (PMD) 2045
Siapapun diantara kita, pasti menyambut baik
rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD)
2045, itulah impian Indonesia dan sekaligus impian kita bersama sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia. Namun, untuk memiliki kekuatan kemaritiman,
Indonesia perlu menghadapi berbagai tantangan.
Kedepan Indonesia secara geopolitik akan
menghadapi kepentingan negara-negara terdekat dalam lingkungan konsentriknya
seperti negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik, dimana tidak dapat dipungkiri
mereka menaruh perhatian besar terahadap Indonesia, karena dari dahulu sampai
sekarang Indonesia masih diyakini sebagai surganya Sumber Daya Alam (SDA),
termasuk perikanan dan segala macam ketahanan pangan yang lainnya, negara-negara
yang memiliki armada niaga yang besar serta memiliki kekuatan maritim yang
hebat dan negara-negara besar dalam rangka mencapai tujuan global strateginya.
Dengan posisinya tersebut, negara manapun
akan sangat bergantung dengan Indonesia, pasalnya karena hanya lewat
Indonesia-lah mereka bisa menjalankan aktifitas perdagangannya. Dengan
demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang seperti diungkapan
diatas, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan
perekonomian dunia. Berada di posisi silang membuat Indonesia memiliki daya
tawar (bargaining position) yang membawa keuntungan tertentu dalam berbagai
jenis aspek kehidupan.
Kekayaan yang mungkin hanya dimiliki oleh
Indonesia, dengan total pulaunya yang lebih dari 17.504 pulau baik besar
ataupun kecil, dimana 6000 diantaranya tidak berpenghuni yang tersebar
disekitar khatulistiwa, Indonesia bukan lagi sebagai negara kepulauan namun
lebih tepatnya sebagai negara kelautan yang ditaburi pulau-pulau diatasnya,
karena seluruh wilayah Indonesia 2/3 nya adalah lautan (air). Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang ke 2 didunia setelah Kanada, dengan total luas
99.093 kilometer persegi.18
Sedangkan luas daratan yang mencapai
1.919.440 kilometer persegi, dan luas lautnya sekitar 3.273.810 kilometer
persegi, ini menandakan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas mulai
dari Sabang sampai Merauke.
Berdasarkan laporan Mckinsey, pada tahun 2030
mendatang Indonesia akan menempati posisi ke-4 dengan perkonomian terbesar di
dunia; “The Archipelago Economy; Unleasing Indonesia’s Potential” yang dengan
sangat jelas menunjukan kecenderungan akan kejayaan Indonesia di bidang
ekonomi.
Bahkan riset terbaru dari Standard Cartered
PIc juga mengungkapkan hal yang sama, dimana Indonesia akan menempati urutan
ke-4 dengan PDB terbesar didunia (10.1 Triliun U$S) setelah Amerika Serikat (31
Triliun U$S). Sementara posisi ke-5 terbesar didunia dengan nilai PDB (9.1
Triliun U$S) diduduki oleh Brazil.
Labels:
Kelautan