Shaping Indonesia’s Maritime Future : The Path Toward Prosperity and Sustainability




Shaping Indonesia’s Maritime Future

The Path Toward Prosperity and Sustainability

The sea is more than just a vast expanse of blue water separating the thousands of islands across this archipelago. For millions of coastal communities, the sea is a source of life, livelihood, and hope. Yet, the immense potential of Indonesia’s maritime domain remains largely underutilized. Inadequate infrastructure, unsynchronized policies, and uneven development continue to pose real challenges.

As President of the Nahdlatul Ulama Fishermen’s Union (Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama/SNNU), I have witnessed firsthand how the lives of fishers and coastal communities can drastically improve when supported by the right policies and investments. Developing Indonesia’s maritime sector is not merely a matter of economics, it is a matter of equity, environmental sustainability, and community empowerment.



Why Maritime Matters?

Indonesia is the world’s largest archipelagic country, with more than 17,000 islands. Our seas hold extraordinary wealth: fisheries, energy, marine tourism, blue carbon, and global logistics potential. Yet much of this potential remains untapped. Various projections suggest that Indonesia’s maritime sector could contribute up to US$1 trillion to the national Gross Domestic Product (GDP).

Achieving this requires equitable and sustainable infrastructure development—from modern ports and efficient shipping fleets to integrated logistics systems. All of this must be pursued while safeguarding marine ecosystems and ensuring that local communities, especially fishers, benefit directly.



Six Pillars of Maritime Development

1. Ports and Shipping
Modernizing ports and improving shipping efficiency are key to enabling Indonesia to compete with neighboring countries like Singapore and Malaysia. Investments in this sector will reduce logistics costs and enhance inter-island connectivity.

2. Shipbuilding and Maritime Technology
Infrastructure development will boost demand in shipbuilding and maritime technology, creating jobs and strengthening national competitiveness.

3. Sustainable Fisheries and Aquaculture
Indonesia’s seas can become the world’s protein pantry, but this must be done sustainably. Expanding fish, shrimp, and seaweed farming must avoid harming marine ecosystems.

4. Marine Tourism
Destinations like Raja Ampat and Labuan Bajo hold incredible ecotourism potential. Supporting infrastructure must be built with conservation principles and strong community involvement.

5. Blue Carbon
Indonesia’s mangrove forests and seagrass meadows store vast carbon reserves. Proper management of this blue carbon can provide development funding while contributing to climate change mitigation.

6. Offshore Energy
The potential for offshore oil, gas, and renewable energy is a vital part of Indonesia’s future maritime development roadmap.



Key Challenges to Address

The journey to building a resilient and sustainable marine and fisheries sector is not without hurdles. Several real-world challenges must be tackled by the government, businesses, academics, fisherfolk communities, and society at large. Among them:

1. Infrastructure Gaps, Especially in Eastern Indonesia

Many coastal areas, particularly in eastern Indonesia still lack access to basic infrastructure such as ports, cold storage, sea transportation, and logistics hubs. This drives up logistics costs and impedes the efficient distribution of marine products, stalling local economic growth. Equitable maritime infrastructure development is essential to ensure the benefits of the blue economy reach all regions.

2. Lack of Skilled Maritime Human Resources and Low Technological Investment

Human capital in the marine sector is not yet fully prepared for global challenges. Many fishers and small-scale entrepreneurs lack training in sustainable fishing practices, modern business management, or the use of digital technologies. At the same time, investment in marine research and innovation remains low—despite being critical to boosting Indonesia’s global competitiveness.

3. Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing

IUU fishing remains rampant across Indonesia’s waters. These practices not only deplete fish stocks unsustainably but also cost the state financially and threaten our maritime sovereignty. Stronger monitoring, satellite technology, and international cooperation are essential to tackle IUU fishing effectively.

4. Regulatory Complexity That Discourages Investment

Overlapping regulations, misaligned authority between central and local governments, and slow licensing processes are major obstacles to investment in the maritime sector. Bureaucratic reform and regulatory harmonization are urgently needed to make Indonesia an attractive and investor-friendly maritime nation.

5. Sustainability Risks: From Coral Reef Damage to Marine Pollution

Indonesia’s marine ecosystems are highly vulnerable to damage from human activities including overfishing, destructive fishing gear, plastic pollution, and industrial waste. Without wise management, these issues could threaten the continuity of marine resources and the livelihoods of millions of traditional fishers.

However, each of these challenges is also an opportunity for reform, innovation, and collaboration. If we can address them through cross-sectoral cooperation, transparent governance, and the spirit of gotong royong (mutual cooperation) that defines our nation, Indonesia will not only overcome these hurdles, but rise to become a true global maritime axis. More than that, we can be a global model for building a sustainable, inclusive, and just maritime future.


Gotong Royong as the Key

Gotong royong is not just a national philosophy, it is a practical path to realizing Indonesia’s maritime vision. Collaboration among government, private sector, academia, local communities, and international partners will accelerate the change we seek.

Developing the maritime sector is not only about economic growth, it is about bringing new hope. Hope for the children of fishers to no longer feel left behind. Hope for Indonesia to become a respected maritime leader on the world stage. And hope for a planet that remains livable for future generations.

This article is the opening piece in a series of writings about Indonesia’s maritime future. It is intended to be a platform for sharing ideas, gathering feedback, and encouraging broader involvement from all stakeholders.

Let us protect our oceans. Let us build our maritime sector. For an Indonesia that is sovereign, competitive, and just from sea to land.


Menata Masa Depan Maritim Indonesia

Jalan Menuju Kesejahteraan dan Keberlanjutan

Laut bukan sekadar bentangan air biru yang memisahkan ribuan pulau di negeri ini. Bagi jutaan masyarakat pesisir, laut adalah sumber kehidupan, penghidupan, dan harapan. Namun, potensi besar yang dimiliki laut Indonesia belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Infrastruktur yang belum memadai, kebijakan yang belum sinkron, dan ketimpangan pembangunan masih menjadi tantangan nyata.

Sebagai Presiden Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU), saya melihat langsung bagaimana kehidupan nelayan dan komunitas pesisir dapat meningkat drastis jika didukung oleh kebijakan dan investasi yang tepat. Pembangunan sektor maritim Indonesia bukan hanya soal ekonomi semata, melainkan soal pemerataan, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

Mengapa Maritim Penting?

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau. Laut kita menyimpan kekayaan yang luar biasa: sumber daya perikanan, energi, wisata bahari, karbon biru, hingga potensi logistik global. Namun, potensi ini masih belum tergarap maksimal. Menurut sejumlah proyeksi, sektor maritim Indonesia bahkan bisa menyumbang hingga US$1 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Untuk mewujudkannya, diperlukan pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan: dari pelabuhan yang modern, armada kapal yang efisien, hingga sistem logistik yang terintegrasi. Semua ini harus dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan laut dan memastikan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat lokal, khususnya nelayan.

Enam Pilar Pembangunan Maritim

1. Pelabuhan dan Pelayaran
Modernisasi pelabuhan dan efisiensi jalur pelayaran adalah kunci agar Indonesia dapat bersaing dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Investasi di sektor ini akan menurunkan biaya logistik dan memperkuat konektivitas antar wilayah.

2. Industri Kapal dan Teknologi
Perkembangan infrastruktur akan mendorong permintaan terhadap industri perkapalan dan teknologi maritim, menciptakan lapangan kerja baru dan memperkuat daya saing nasional.

3. Perikanan dan Akuakultur Berkelanjutan
Laut Indonesia bisa menjadi dapur protein dunia, namun harus dikelola secara berkelanjutan. Budidaya ikan, udang, dan rumput laut perlu ditingkatkan tanpa merusak ekosistem.

4. Wisata Bahari
Destinasi seperti Raja Ampat dan Labuan Bajo menyimpan potensi ekowisata yang luar biasa. Infrastruktur yang mendukung wisata bahari harus dibangun dengan prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat lokal.

5. Karbon Biru
Hutan bakau dan padang lamun Indonesia menyimpan cadangan karbon yang besar. Dengan pengelolaan yang tepat, potensi karbon biru ini bisa menjadi sumber pendanaan pembangunan sekaligus upaya melawan krisis iklim.

6. Energi Lepas Pantai
Potensi minyak, gas, dan energi terbarukan di laut lepas juga menjadi bagian penting dalam roadmap pembangunan maritim Indonesia ke depan.

Tantangan yang Perlu Dijawab

Perjalanan membangun sektor kelautan dan perikanan yang tangguh dan berkelanjutan tentu bukan tanpa hambatan. Ada sejumlah tantangan nyata yang harus kita jawab bersama, bukan hanya oleh pemerintah, tetapi juga oleh pelaku usaha, akademisi, komunitas nelayan, dan masyarakat luas. Di antaranya:

1. Keterbatasan Infrastruktur, Khususnya di Kawasan Timur Indonesia

Banyak wilayah pesisir, terutama di kawasan Indonesia Timur, masih mengalami kesenjangan akses terhadap infrastruktur dasar seperti pelabuhan, cold storage, sarana transportasi laut, dan pusat logistik. Hal ini membuat biaya logistik tinggi dan distribusi hasil laut tidak efisien, menghambat pertumbuhan ekonomi lokal. Pembangunan infrastruktur maritim yang merata sangat penting untuk menjamin pemerataan manfaat ekonomi biru di seluruh wilayah.

2. Kekurangan SDM Maritim Terampil dan Rendahnya Investasi di Bidang Teknologi

Sumber daya manusia di sektor kelautan belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan global. Masih banyak nelayan dan pelaku usaha kecil yang belum terlatih dalam praktik penangkapan yang ramah lingkungan, manajemen usaha modern, maupun pemanfaatan teknologi digital. Di sisi lain, investasi di sektor riset dan inovasi kelautan masih rendah, padahal ini kunci untuk mendorong daya saing Indonesia di pasar global.

3. Praktik Penangkapan Ikan Ilegal (IUU Fishing) yang Merugikan Negara dan Lingkungan

Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing masih marak terjadi di berbagai wilayah perairan Indonesia. Praktik ini tidak hanya menguras sumber daya ikan secara tidak berkelanjutan, tetapi juga merugikan negara dari sisi penerimaan dan mengancam kedaulatan laut kita. Diperlukan pengawasan yang lebih ketat, penggunaan teknologi satelit, serta kerja sama internasional untuk menindak pelaku IUU Fishing secara tegas.

4. Kerumitan Regulasi Antar Lembaga yang Memperlambat Investasi

Tumpang tindih aturan, kewenangan yang tidak sinkron antara pemerintah pusat dan daerah, serta lambatnya proses perizinan masih menjadi hambatan utama dalam mendorong investasi di sektor kelautan. Reformasi birokrasi dan harmonisasi regulasi sangat diperlukan agar Indonesia menjadi tempat yang menarik dan kondusif bagi investor, baik lokal maupun asing.

5. Risiko Keberlanjutan: Kerusakan Terumbu Karang hingga Polusi Laut

Ekosistem laut Indonesia sangat rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia, mulai dari penangkapan berlebih, penggunaan alat tangkap destruktif, hingga pencemaran plastik dan limbah industri. Jika tidak dikelola dengan bijak, hal ini dapat mengancam keberlangsungan sumber daya laut dan menghilangkan mata pencaharian jutaan nelayan tradisional.

Namun, setiap tantangan adalah peluang untuk berbenah dan berinovasi. Jika kita mampu menghadapinya dengan kolaborasi lintas sektor, transparansi dalam tata kelola, dan semangat gotong royong yang menjadi jati diri bangsa, maka Indonesia tidak hanya mampu menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut, tetapi juga bangkit menjadi poros maritim dunia. Bahkan lebih dari itu, kita bisa menjadi teladan global dalam membangun masa depan kelautan yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan.

Gotong Royong sebagai Kunci

Gotong royong bukan hanya filosofi bangsa, tapi jalan praktis untuk mewujudkan visi maritim Indonesia. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, komunitas lokal, dan mitra internasional akan mempercepat perubahan yang diinginkan.

Pembangunan sektor maritim bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi tentang menghadirkan harapan baru. Harapan bagi anak nelayan agar tak lagi merasa tertinggal. Harapan bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin maritim yang disegani dunia. Dan harapan bagi bumi agar tetap lestari bagi generasi mendatang.

Artikel ini adalah pembuka dari rangkaian tulisan tentang masa depan maritim Indonesia. Harapannya, bisa menjadi wadah berbagi gagasan, menjaring masukan, dan mendorong keterlibatan lebih luas dari berbagai pihak.

Mari kita jaga laut kita. Mari kita bangun maritim kita. Demi Indonesia yang berdaulat, berdaya saing, dan berkeadilan dari laut hingga darat.


[Kelautan][twocolumns]

Tentang witjaksono.id

Website witjaksono.id ini dibuat untuk memperkenalkan seorang pengusaha muda sukses terkenal yaitu Mas Witjaksono. Di sini, Anda akan menemukan informasi mengenai latar belakang, prestasi, dan kontribusi yang telah dicapai oleh Mas Witjaksono. Selain itu, website ini juga menyajikan berbagai foto dan video yang menggambarkan kehidupan, karier, serta kegiatan sosial yang di lakukan Mas Witjaksono. Kami berharap bahwa melalui website ini, Anda akan lebih mengenal dan menyerap ilmu yang sudah Mas Witjaksono berikan. Dibawah ini kami akan memberikan informasi mengenai Witjaksono. Witjaksono, lahir di Pati, September 1981. Beliau merupakan Pengusaha Muda Sukses Indonesia, yang mempunyai puluhan perusahaan. Mas Witjaksono ataupun yang lebih akrab disapa Mas Witjak. Mas Witjaksono mulai dikenal banyak orang, khususnya para pebisnis muda. Mas Witjaksono banyak dikenal orang semenjak beliau sukses membesarkan 2 perusahaannya sampai go public. Mas Witjaksono sempat menceritakan gimana beliau mengawali bidang usaha dari modal‘ cuma’ 10 juta rupiah sampai berharga triliunan rupiah. Perjalanannya tidak gampang. Beliau awal kali tiba ke Jakarta dalam tahun 2004 sebab ditawari kegiatan di Australia oleh seseorang kawannya. Tetapi harapannya wajib karam sebab izin Mas Witjak ditolak dengan alibi tidak memiliki uang yang lumayan di dana buat menjamin kehidupan. Dari situlah Witjaksono termotivasi buat jadi pebisnis yang berhasil. Witjaksono ialah figur belia NU. Meski umurnya sedang terbilang masih muda, yaitu 40 tahun, tapi beliau sudah dipercaya menjabat bermacam posisi berarti di PBNU serta pula sebagian instansi serta komunitas yang lain. Beberapa instansi serta komunitas, antara lain sebagai berikut: 1. Ketua Umum SNNU (Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama) 2. Ketua Kornas Pertanian PBNU – Kementan 3. Wakil Ketua Pengusaha & Profesional Nahdliyin (P2N) 4. Ketua Pergerakan Kyai & Mubaligh NU 5. Wakil Ketua KADIN Jawa Tengah 6. Penasihat Komunitas Bisnis “Tangan Di Atas (TDA)” 7. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia 8. Dewan Penasehat Asosiasi Petani Muda Indonesia (HTMI) 9. Wakil Sekjen Ikatan Alumni Universitas Diponegoro Di dalam sebuah seminar, Witjaksono pernah memberikan 3 Kunci Sukses yang wajib dimiliki jika ingin menjadi pebisnis, berikut 3 kunci sukses yang sudah kami rangkum: 1. Menjadi orang yang berani. “ Tak ada orang lembut yang berhasil. Yang berhasil tentu yang berani. Banyak saudara saya, salah satunya yang memiliki Sinar Mas, background- nya amat susah. Tetapi ia berani pada berperan,” kata Mas Witjaksono. Harus berani mengutip aksi yang berbahaya. Witjaksono mengutip ilustrasi pada perihal hutang. Baginya hutang pula amat berarti serta berfungsi besar pada menaikkan aset yang beliau punya. 2. Pembagian porsi dalam dewan direktur harus jelas Wajib terdapat leader biar industri tidak tercerai- berai.“ Semacam suatu negeri, jika pejabat- pejabatnya ribut, masyarakatnya tentu akan ikut ribut juga. Yang jadi korban tentu warga serta pegawai,” kata Mas Witjaksono. 3. Harus bisa akuntansi. Ilmu akuntansi sangat penting menurut Mas Witjaksono. Minimal seseorang CEO bisa membaca informasi keuangan. Tidak wajib ahli akuntansi, tidak wajib bisa membuat laporannya. Bila belum bisa, minimal harus bisa baca novel pengantar ilmu akuntansi. Tujuannya merupakan supaya tidak dibohongi pegawai.“ Ilmu akuntansi itu berarti! Tidak bisa jadi CEO serta konglomerat tidak mengerti akuntansi, minimal CEO serta konglomerat tentu bisa membaca informasi ataupun jurnal,” tutupnya. Itulah sedikit cerita tentang Witjaksono Sang Pengusaha Muda Sukses Indonesia. Mudah-mudahan berguna serta bisa diaplikasikan oleh para calon pebisnis agar berhasil.